Jumat, 15 Januari 2016

final test intro to IT semester 5 SASTRA INGGRIS UNIMUS



Introduction to English Literature
Periodenisasi Inggris Kuno





 










Disusun Oleh
Sri Winarsih/ F2A013004


S1 SASTRA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN BUDAYA ASING

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG








Daftar Isi

Halaman Judul.........................................................................................................
i
Daftar Isi..................................................................................................................
ii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................
3
Latar Belakang.........................................................................................................
3
Rumusan Masalah...................................................................................................
3
Tujuan......................................................................................................................
3
Bab II Pembahasan..................................................................................................
4
Anglo –Saxon (450-1100)........................................................................................
4
Medieval (1100-1500).............................................................................................
5
Masa Transisi (1400-1550)......................................................................................
6
Periode Renaissance (1550-1620)...........................................................................
7
Periode Puritan (1620-1660)...................................................................................
8
The Age of Reason (1660-1780)..............................................................................
9
Romantisme (1780-1830)........................................................................................
10
Periode Victoria (1830-1880)..................................................................................
11
New Direction (1880-1915).....................................................................................
13
Periode abad ke-20 (1915-).....................................................................................
14
Bab III Penutup........................................................................................................
16
Kesimpulan..............................................................................................................
16
Daftar pustaka.........................................................................................................
17













Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Inggris merupakan Negara yang maju dalam perekonomian maupun budayanya. Inggris juga merupakan Negara yang banyak memberikan pengaruh kepada Negara-negara lain. Sebelum mencapai kejayaan pada masa saat ini inggris juga mengalami masa sulit. Dalam makalah ini penulis ingin menuliskan tentang sejarah perkembangan Negara inggris. Selain sejarah inggris juga mempunyai banyak karya sastra yang harus kita ketahui. Sebagai seorang mahasiswa sastra inggris kita wajib untuk mempelajari dan mengetahui sejarah, budaya, dan kesusastraan inggris. Makalah ini juga akan menjelaskan periodenisasi Inggris. Selain membahas mengenai periodenisasi makalah ini juga akan membahas mengenai sastra di Inggris. Sastra Inggris adalah sastra yang ditulis dalam bahasa Inggris termasuk sastra yang disusun dalam bahasa Inggris oleh penulis yang tidak berkebangsaan Inggris seperti Robert Burns dari Skotlandia, Joseph Conrad dari Polandia, dan Thomas Pynchon dari Amerika. Tetapi walaupun begitu semua penulis dianggap penting dalam sejarah sastra Inggris. Sastra Inggris sangat beragam seperti varietas dan dialek Inggris yang digunakan di seluruh dunia di negara-negara yang awalnya dijajah oleh Inggris. Namun meskipun terdapat banyak penulis sastra Inggris, karya-karya William Shakespeare tetap penting di seluruh dunia berbahasa Inggris.

Rumusan Masalah
1.      Apa saja periodenisasi Inggris?
2.      Siapa saja sastrawan yang berpengaruh di Inggris?
3.      Bagaimana inggris sebelum abad ke 20?

Tujuan
1.      Untuk mengetahui periodenisasi yang ada di Inggris.
2.      Untuk mengetaui sastrawan-sastrawan yang berpengaruh di Inggris.
3.      Untuk mengetahui Negara Inggris sebelum abad ke 20.



Bab II
PEMBAHASAN

Sejarah Inggris dan periodenisasi Inggris sebelum abad ke 20:
1.      Anglo-Saxon (450-1100). Tentara Romawi menemukan tanah Inggris dimana saat itu tanah Inggris sudah terlebih dahulu dihuni oleh suku-bangsa Kelt (celtic) yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan suku-bangsa Kelt yang berada di Eropa bagian barat yang telah ditaklukan oleh bangsa Romawi. Masyarakat suku-bangsa Kelt memperoleh peradaban melalui pemerintahan Romawi, namun kemudian saat kerajaan Romawi hancur, tentara Romawi melepaskan diri dari Inggris secara permanen pada abad ke-5 tepatnya pada tahun 410. Setelah itu, suku-bangsa Kelt peninggalan kerajaan Romawi hancur pada tahun 600 disebabkan adanya beberapa serangan dari berbagai wilayah, kemudian benar-benar jatuh ke tangan suku-bangsa Jerman yang sebagian besar berasal dari wilayah Jerman Utara seperti Jutes, Angles, dan Saxons.
Saat suku Germanik menduduki wilayah Inggris, mereka membawa keluarga mereka beserta nilai-nilai sosial yang mereka miliki, termasuk didalamnya karya sastra yang berupa sastra lisan yang bercerita tentang tradisi adat, kepercayaan dan ritual-ritual yang mereka miliki. Kesusasteraan yang hidup saat itu tergolong pada jenis karya sastra berupa epic yang bercerita tentang kepahlawanan yang penuh keberanian dilatarbelakangi oleh keadaan saat itu dimana perang antar perkampungan masih sering terjadi untuk saling menduduki dan memperluas kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Inggris saat itu. Kisah-kisah tersebut diceritakan di sebuah ruangan besar tempat berkumpulnya orang-orang yang mau menikmati kisah yang diceritakan oleh penyanyi professional atau bards atau biasa juga disebutscops.
Pada saat agama Kristen masuk ke Inggris yang di bawa oleh misionaris Augustine yang dikirim oleh Paus besar Gregory, sekolah-sekolah mulai didirikn oleh orang gereja. Pada saat itu juga sastra-sastra lisan yang selama ini hanya diketahui oleh para scops akhirnya ditulis kemudian disimpan sehingga saat ini kita masih dapat menikmati beberapa karya sastra dari zaman Inggris Kuno. Salah satu epic yang sangat terkenal pada masa itu adalah Beowulf.
Selain karya sastra epic, jenis karya sastra prosa juga mulai berkembang menjelang akhir abad ke-9 yang merupakan hasil kebudayaan Inggris di Northumbria yang berhasil diselamatkan oleh Raja West Saxon – King Alfred, dari penyerangan orang-orang Skandinavia. Beberapa karya yang berhasil diselamatkan oleh King Alfred dengan cara diterjemahkan kedalam bahasa Inggris adalah “Pastoral Care” dan “Ecclesiastical History of the English People” yang merupakan karangan Bede dalam bahasa Latin.
2.      Medieval (1100-1500). Zaman Medieval atau pertengahan dimulai dari diambil alihnya kekuasaan Inggris oleh William, Duke dari Normandia, Perancis. Saat menduduki tanah Inggris, William mengambil alih seluruh wilayah dan lahan masyarakat sehingga masyarakat yang menginginkan lahannya harus kembali membeli. Pada masa ini, pihak Gereja masih tetap memiliki wilayah kekuasaannya sendiri, lahan sendiri dan pajak yang legal, serta masih tetap menjalankan edukasi kepada masyarakat di Inggris. Bahasa yang digunakan oleh kaum gerejawan merupakan bahasa Latin, sedangkan para pendatang dari Perancis tetap menggunakan bahasa mereka dan menolak untuk menggunakan bahasa Inggris. Sehingga pada saat itu, William membagi penggunaan bahasa kedalam tiga kelas. Kelas atas yaitu para pemimpin menggunakan Bahasa Perancis, sedangkan kaum gerejawan menggunakan Bahasa Latin, dan golongan pribumi menggunakan Bahasa Inggris Pertengahan. Kebijakan tersebut berdampak pada karya sastra yang dihasilkan pada masa pertengahan.
Karya-karya sastra pada abad pertengahan didominasi dengan karya yang menggunakan Bahasa Perancis. Pada zaman itu, masyarakat pribumi yang ingin menikmati karya sastra hanya bergantung pada scops yang masih tetap menjaga kisah-kisahheroik atau epic dalam pikiran mereka kemudian kembali menceritakannya. Pada saat itu, karya sastra kembali menjadi bentuk lisan dan masyarakat pribumi yang ingin menikmatinya akan berkumpul dalam satu ruangan besar bersama-sama. Pada pertengahan abad ke-13 terjadi persaingan antara kaum ningrat Inggris dan Perancis yang memicu perang seratus tahun, namun hasil dari pertikaian tersebut mengembalikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama walaupun telah dipengaruhi Bahasa Perancis, tepatnya pada abad ke-14.

Sastrawan yang terkenal pada masa itu adalah Geoffrey Chaucer dengan karya masterpiece “The Canterbury Tales”. Chaucer merupakan sastrawan yang besar pada masa pertengahan yang mendapatkan pendidikan dengan baik dan memiliki kedekatan dengan orang-orang yang berkuasa pada eranya. Karya besarnya “The Canterbury Tale” dalam Samekto, Sejarah Kesusasteraan Inggris, bercerita tentang berbagai macam tipe masyarakat yang ada pada masa itu yang diceritakan dengan penuh humor namun realistis. Beberapa penyair ternama pada masa ini masih mengisahkan kepahlawanan dalam karyanya, seperti Sir Thomas Mallory dalam “King Arthur and His Knights” dan juga merupakan cerita pertama yang dicetak dalam bentuk buku di Inggris oleh William Caxton.
3.      Masa Transisi (1400-1550). Masa transisi merupakan masa dimana lahirnya dua sastrawan Inggris yang ternama, Chaucer dan Shakespeare. Pada masa ini, lahir berbagai karya sastra yang masih sangat dipengaruhi oleh sastrawan-sastrawan Perancis dan tidak sedikit pula kebanyakan dari karya sastra masa ini meniru karya Chaucer. Pada masa transisi ini, Chaucer masih dianggap sebagai sastrawan ternama yang tidak tertandingi dan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap sastrawan baru yang lahir pada masa itu.
Beberapa penyair berhasil dicetak pada masa transisi, seperti John Lydgate (1370-1451) yang merupakan mengagum berat Chaucer sehingga beberapa karyanya bercerita tentang nilai-nilai moral dan keagamaan, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam karyanya masih terlihat nyata kecondongannya terhadap penulis-penulis romance dari perancis. Ada juga diantaranya pencipta alegori yang cukup ternama dan juga tokoh penting dalam pengukuhan bahasa Inggris pada masa itu yaitu Stephen Hawes. Pengaruh Chaucer bukan hanya di tanah Inggris namun berkembang hingga ke Skotlandia. Bahkan di Skotlandia terdapat aliran dalam sastra yang dikenal dengan sebutan “Scottish Chaucerians” seperti Robert Henryson (1430-1506) dengan karyanya “The testament of Cresseide” dimana hingga tahun 1711 kebanyak pembaca masih mengira bahwa sajak tersebut merupakan karya Chaucer. Bukan hanya Henryson, ada juga diantaranya William Dunbar dan Gavin Douglas.

Adanya penyair yang begitu terpengaruhi dengan Chaucer tidak menjadikan karya sastra Inggris menjadi monoton, karena iklim sastra di Inggris mulia menunjukkan tema baru melalui munculnya karya-karya Sir Tomas Wyatt dan Henry Howard, Earl of Surrey. Karya Sir Thomas Wyatt yang terkenal adalah “Whoso list to hunt” yang didalamnya masih terdapat bait yang bertuliskan bahasa Latin. Sedangkan karya Henry Howard , Earl of Surrey yang cukup terkenal adalah ‘A Lovers Vow” yang bertemakan cinta. Henry dan Surrey dalam karyanya dipengaruhi oleh penyair-penyair dari Itali (Petrarch) dan mereka menggunakan soneta untuk sajak-sajak yang bertemakan percintaan. Surrey merupakan salah satu penyair pertama yang menggunakan “blank verse” dalam karya-karyanyanya, yaitu sajak tanpa rima yang terdiri dari lima suku kata yang kemudian dalam setiap barisnya memiliki tekanan keras. Penggunaan “blank verse” ini kemudian diikut oleh para sastrawan besar setelahnya seperti Shakespeare.
4.      Periode Renaissance (1550-1620). Periode Renaissance atau yang biasa juga disebut sebagai zaman Elizabethan atau pencerahan merupakan periode dimana masyarakat Inggris keluar dari zaman kegelapan (dark ages) dimana pemikiran masyarakat pad amasa itu sangat sempit hanya sebatas wilayah atau negara di mana mereka tinggal dan kebudayaan sangat terikat dengan aturan yang dibuat oleh gereja. Masa Renaissance pada karya sastra lebih dahulu terjadi di Itali terhadap manuskrip peninggalan Yunani dan Roma dimana mereka menghidupkan kembali sekolah-sekolah yang berdasarkan pada pelajaran klasik dan filsafat dan kemudian berkembang hingga ke Eropa Barat yang dibawa oleh orang-orang dari Arab. Kejadian ini menekankan bahwa masyarakat dari Yunani dan Roma merupakan masyarakat yang terpelajar, berbudaya dan kreatif sehingga kesadaran akan hal tersebut mengembalikan semangat masyarakat untuk mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Pada masa pencerahan ini, karya sastra berkembang pesat dipicu dengan Ratu Elizabeth yang juga sangat mencintai music, tarian, dan segala yang berbau seni termasuk karya sastra. Karya sastra yang berkembang pesat pada zaman ini adalah jenis drama karena drama dianggap sebagai perpaduan fikiran, perasaan, dan perbuatan dalam satu karya. Sastrawan yang terkenal dalam bidang drama diantaranya sastrawan besar seperti Christopher Marlowe, William Shakespeare, dan Ben Jonson. Marlowe merupakan dramawan yang sangat besar yang lahir sebelum Shakespeare dan karyanya yang paling terkenal adalah “Faustus”. Kemudian muncullah Shakespeare yang menyempurnakan karya-karya Marlowe yang masih dianggap memiliki beberapa kekurangan.  Shakespeare sendiri sangat terkenal dengan beberapa drama pertamanya yang dipentaskan seperti “Hamlet” dan “Machbet”. Setelah itu Ben Jonson pun hadir menambah deretan dramawan besar Inggris dengan karya ternamanya “Every man In His Humour”.
Dalam bidang lain seperti puisi, penyair yang sangat dikenala adalah Edmun Spencer dengan puisinya yang berjudul “The Faery Queen”. Pada masa ini, para penyair juga datang dari kalangan kerajaan seperti Earl of Essex dengan karyanya “To Plead My Faith”, Sir Walter Raleigh dengan “To Queen Elizabeth” dan Sir Philip Sydney dengan puisinya yang berjudul “Heart Exchange”. Pada masa pencerahan ini bahkan Elizabeth I juga berhasil menciptakan sebuah karya yang berjudul “When I Was Fair and Young”. Masa kejayaan kasrya sastra terus berkembang pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth hingga akhirnya Ratu Elizabeth meninggal dan kerajaan dipimpin oleh King James I dari Skotlandia.
5.      Periode Puritan (1620-1660). Periode puritan atau yang biasa disebut “puritanisme” merupakan sebuah masa dimana kaum puritan atau gerejawan mengambil alih pemerintahan setelah memenangkan perang saudara dimana kaum puritan melawan pemerintah yang saat itu dipimpin oleh James I dan Charles I. Kaum puritan yang sudah tidak tahan lagi karena mendapat tekanan akhirnya melakukan perlawanan dan setelah memenangkan perang saudara mereka mendirikan pemerintahan “Commonwealth” yang dipimpin oleh Oliver Cromwell namun tidak berlangsung lama karena hadirnya Charles Stuart yang menejadi Charles II yang kembali memulihkan pemerintahan pada 29 May 1660.
Kesusasteraan yang dihasilkan pada masa ini sangat berbeda jauh dengan karya yang dihasilkan pada masa sebelumnya, yaitu masa Elizabeth, dimana kesusasteraan pada masa Puritan dibungkus dengan kesedihan dan kemuraman sehingga karya sastra yang dihasilkan lebih bersifat intelektual yang lebih menggunakan fikiran dari perasaan.
Beberapa penyair yang lahir pada masa Puritan diantaranya John Donne (1573-1631) dengan puisinya yang berjudul “Song”, “The Bait”, dan “The Canonization” yang jga menjadi pelopor dari gaya metafisika dalam syair. Donne juga berhasil menciptakan beberapa sonnet dalam “Holly Sonnet”. Selain Donne, ada juga beberapa diantaranya yang lahir setelah kemunculan Donne, dianataranya seperti Richard Charsaw ((1613-1640) dan Abraham Cowley (1618-1667) yang syair-syairnya berisi tentang agama dan cinta.
Diantara beberapa penyair yang lahir, yang paling ternama adalah John Milton (1608-1674) yang biasa disampingkan dengan Shakespeare. Hal ini tidak lebih karena Milton dan Shakespeare dinggap merupakan dua jiwa yang sangat kuat dalam kesusasteraan yang sangat mewakili masa mereka masing-masing yang karyanya penuh dengan keyakinan dan emosi yang kuat. Karya-karya Milton yang terkenal diantaranya “On the Morning of Christ’s Nativity”, “L’Allegro” dan “On His Having Arrived at the Age of Twenty-three”. Kemudian diantara beberapa karyanya, yang terbesar adalah “Paradise Lost” yang menceritakan hilangnya kehidupan beragama setelah pemerintahan Puritan turun dan kembali ke tangan monarki yang dipimpin oleh Charles II. Kehidupan yang penuh dengan hura-hura dan kesenangan yang tidak menggoyahkan imannya kepada Tuhan yang kemudian mendorongnya menciptakan karya terbesarnya tersebut.
6.      The Age of Reason (1650-1780). Istilah dari “The Age of Reason” lebih mengarah kepada pengertian yang menekankan pada tingkah laku dan kepercayaan pada masa itu. Setelah jatuhnya pemerintahan “Commonwealth” yang dipimpin oleh kaum Puritan, pada masa ini, masyarakat menjadi sangatreasonable dimana mereka melakukan segala sesuatu yang menurut mereka masuk akal dan mulai meninggalkan mitos-mitos yang selama ini mereka percaya yang berasal dari gereja. Fenomena-fenomena alam yang terjadi tidak lagi mereka percaya sebagai sebuah kejadian karena kemarahan Tuhan atau sesuatu yang lebih bersifat metafisik. Hal ini juga diperkuat dengan munculnya ilmuwan matematika, Isaac Newton pada tahun 1687 yang membuka cakrawala berpikir masyarakat pada masa itu.
The Age of Reason mencakup masa Restorasi dan masa Agustus. Pada masa Restorasi sendiri yang dipimpin oleh Charles II, para sastrawan mengalami kesulitan dalam hal keuangan dan ketertarikan masyarakat pada karya sastra yang bersifat Elizabethan. Masyarakat lebih menyukai karya-karya yang bercerita tentang isu-isu yang sedang dibicarakan pada saat itu, bukan lagi sesuatu yang penuh dengan dunia khayalan dan pada masa ini muncul pula kegemaran masyarakat terhadap karya pantun.
Saat memasuki pasa Agustan, dimana pemerintahan dipimpin oleh Ratu Anne dan George I, para penyair beralih kepada gaya Augustan karena kesamaan politik dan keadaan sosial pad asaat itu yang dianggap sama dengan keadaan di Roma dibawah kepemimpinna Caesar Augustus. Penyair pada masa ini kebanyakan berasala dari kelangan kelas menengah dan karya sastra yang lehir bersifat epos, satir, elegy, dan tragedy. Kebanyakan karya sastra pada masa itu juga jelas menggambarkan perlawanan masyarakat terhadap kaum bangsawan. Masa ini berlangsung pada masa revolusi intelektual, sehingga rasianalisme menjadi aliran utama para sastrawan dan alhi filsafat.  Pada masa ini juga lahir sebuat media yang menuliskan berita-berita yang sedang dibicarakan atau yang disebut surat kabar. Surat kabar lahirnya didasarkan dari sifat masyarakat yang tidak mudah dipengaruhi lagi oleh para bangsawan sehingga masyarakat memerlukan argument dan penjelasan serta gagasan fakta-fakta yang masuk akal oleh para petinggi pemerintahan agar mau memberikan suaranya untuk pemilihan. Penyair ternama saat itu adalah John Dryden dengan “The Hind and The Panther”, Alexander Pope “Epistle to Miss Blount” dan Samue Johnson dengan “Letter to Chesterfield”.

7.      Romantisme (1780-1830). Periode Romantisme terjadi diantara akhir baaad ke-18 hingga awal abad ke-19. Kebanyakan dari sastrawan masa Romantisme mengubah aliran mereka dari aliran yang mereka ikuti pada masa The Age of Reason menjadi aliran yang sesuai dengan masa itu, Romantisme yang lebih berani, individual, memiliki pendekatakan imaginasi mengenai karya sastra dan kehidupan sekaligus.
Ide dari karya sastra pada masa Romantisme adalah spontan, alami (tidak dibuat-buat), dan bebas sesuai dengan kehendak (individual). Aliran tersebut lebih dipengaruhi atau didasarkan karena adanya revolusi Perancis yang dimulai pada tahun 1789 dengan prinsip kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Hal inilah yang kemudian membuat para penyair di Inggris merespon kesedihan masyarakat Perancis yang kemudian dimasukkan dalam karya-karya mereka yang menuntut kebebasan individual tanpa adanya kelas-kelas sosial di masyarakat sehingga terciptanya persaudaraan.
Pada masa ini, karya sastra yang banyak lahir adalah puisi dari beberapa sastrawan ternama seperti William Blake (1757-1827) dengan “From Song of Innocent” dan “From Song of Experience”, William Wordsworth (1770-1850) “The World Is Too Much With Us”, Samuel Taylor Coleridge (1772-1854) “Frost at Midnight”, Lord Byron (1788-1824) “When We Two Parted”, John Keats (1795-1821) “The Ode on a Grecian Urn” dan Walter Scott (1771-1832) “The Lay of the Last Minstrel”.
Selain puisi, prosa juga mengalami perkembangan dalam masa ini dan tetap dengan nilai individualitasnya yang bebas dan spontan serta tidak dibuat-buat. Contoh penulis prosa yang sangat terkenla seperti Jane Austen (1775-1817) dengan karya-karyanya mengenai kehidupan rumah tangga dama kesehariannya seperti “Pride and Prejudice”.
Sedang karya sastra dalam bentuk drama bisa dikatakan tidak berkembang pada masa ini karena tidak adanya sebuah drama yang dapat dikatakan sukses dan berhasil pada masa ini. Hal tersebut disebabkan dari meningkatnya jumlah golongan kelas menengah sehingga drama menjadi kurang digemari pada saat itu. Disamping itu, mada masa Romantisme dimana segala aktifitas berpusat di rumah sehingga masyarakat sedikit lebih malas untuk keluar rumah hanya untuk menikmati drama di panggung teater dan lebih memiliki karya-karya sastra yang bisa dinikmati di dalam rumah seperti novel dan puisi.
8.      Periode Victoria (1830-1880). Periode ini disebut sebagai periode Victoria karena terjadi pada masa kepemimpinan Ratu Victoria yang dianggap sebagai jiwa dari Inggris itu sendiri pada abad ke-19. Pada masa ini, Inggris kembali memegang kedudukan tertinggi di dunia dibawah kepemimpinan Ratu Victoria, bahkan pada waktu itu seorang penulis essay, T.B. Macaulay menyatakan bahwa Inggris merupakan daerah dengan masyarakat yang memiliki peradaban tertinggi. Pada masa ini juga terjadi revolusi industry yang membawa perkembangan ekonomi dan teknologi industri yang pesat hingga ke seluruh dunia.
Pada masa ini, kalangan menengah menjadi sebuah kalangan cukup penting dalam mendorong perekonomian Inggris dan merupakan penikmat karya sastra yang besar dibandingkan dengan kalangan bangsawan ataupun kalangan kelas bawah.
Karya sastra yang unggul pada masa ini adalah prosa atau novel. Membaca novel menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat dihilangkan dari masyarakat Inggris pada masa Victoria. Novel-novel yang terbit pada masa Victoria berisi nilai-nilai moral bagaimana seharusnya manusia hidup dengan baik. Beberapa novelis yang dikategorikan sukses pada masa ini adalah Charles Dickens (1812-1870)  dengan “Oliver Twist”, William Makepeace Thackeray (1811-1863) dengan “Henry Esmond” dan ‘Vanity Fair”, George Elliot (1819-1880) dengan “Adam Bede” dan Charlotte Bronte (1816-1855) dengan “Jane Eire”.
Pada masa ini, para penyair memiliki masalah dalam permintaan yang lebih berat dari para novelis, dimana masyarakat pada masa itu meminta relevansi terhadapa apa yang mereka baca. Sehingga timbul masalah menganai kegunaan puisi itu sendiri dalam masyarakat. Puisi pada masa ini banyak yang terkesan mengkritik, sebut saja salah satu penyair ternama pada masa Victoria yaitu Alfred, Lord Tennyson (1809-1892) “The Princess”. Selain Tennyson ada juga Robert Browning (1812-1889) “The Ring and The Book” yang merupakan sajak terpanjang. Berikutnya adalah isteri dari Robert Browning, Elizabeth Barret (1806-1861) “The Cry of the Children” dan Matthew Rnold (1822-1888) “Dover Beach” serta adik dari noveli Charlotte Bronte yaitu Emily Bronte (1818-1848) “The Night Wind”.
Untuk karya sastra dalam bentuk drama, yang terkenal pada masa itu adalah Oscar Wilde (1854-1900) dengan ciri khasnya yang menuliskan drama komedi seperti “The Important of Being Earnest”.

9.      New Direction (1880-1915). Periode New Direction merupakan masa dimana masyarakat kelas menengah yang mengambil alih kepemimpinan karena terpilih secara demokrasi sedangkan kelas bangsawan tidak terpilih pada masa ini. Pergantian kekuasaan ini mengubah system dari kepemilikan lahan oleh kaum bangsawan menjadi pabrik-pabrik yang merupakan miliki dari kaum kelas menengah, bank, dan para pekerja professional. Namun kejadian ini tidak berarti menghentikan kemiskinan di Inggris, eksploitasi dan kemiskinan tetap terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki capital atau modal untuk berusaha. Saat itulah dikatakan bahwa tahun 1880 merupakan masa berakhirnya Victoria atau lebih dikenal dengan “The End of the Era”.
Memasuki masa baru, yang penuh dengan modernitas, Inggris dikisahkan dalam beberapa karya sastra pada tahun 1880 dan pada masa Perang Dunia I merupakan masa penemuan jati diri dimana segala sesuatu menjadi tidak dapat diperkirakan, tidak terkontrol dan kacau. Masa ini merupakan masa dimana segalanya berubah, budaya, nilai-nilai sosial hingga ideology.
Sastrawan yang terkenal pada masa ini adalah William Butler Yeats (1865-1939) yang merupakan penyair yang lebih menekankan nilai estetis atau keindahan dari pada nilai moral dalam syairnya, seperti dalam salah satu puisinya yang berjudul “The Lake Isle of Innisfree”. Dalam bidang novel atau prosa, penulis ternama ialah Joseph Conrad (1857-1924) dengan novelnya yang berjudul “The Secret Sharer”.
Memasuki karya sastra modern, terdapat beberapa nama sastrawan besar selain Yeats dan Conrad, misalnya Rudyard Kipling (1865-1936) yang dalam beberapa karyanya menceritakan mengenai peningkatan stress yang dialami oleh masyarakat perkotaan di Inggris seperti yang diceritakannya dalam novelnya yang berjudul “New Grub Street”. Selain itu ada juga Herbert George Wells (1866-1946) dengan prosanya yang terkenal “The Time Machine”.
Dalam bidang drama di periode baru nda krusial New Direction ini, terkenal seorang pemikir yang berkecimpung dalam bidang drama, Bernard Shaw (1856-1950) dengan judul dramanya yang terkenal adalah “Pygmalion”.

10.  Periode abad ke-20 (1915-). Pada masa ini Inggris telah menjadi Negara besar yang berada pada puncak kejayaannya dan diakui di seluruh dunia. Namun di balik kejayaan tersebut terdapat beberapa masalah yang timbul akibat kemajuan ekomoni yang teknologi yang tinggi. Kaum-kaum menengah yang kemudian menjadi kaum materialism yang memiliki modal besar atau biasa disebut kaum borjuis,mulai menekan kaum miskin atau yang biasa disebut dengan proletar. Pada akhir abad ke-20 juga terjadi tekanan ekonomi yang sangat kuat di Inggris yang menyebabkan banyaknya pengangguran.
Karya sastra pada masa ini, khususnya puisi mengalami sebuah musim yang biasa disebut “war poetry” yang dimana puisi-puisi pada masa itu hasil karya Siegfried Sassoon (1886-1967), Wilfred Owen (1893-1918) dan beberapa diantaranya menuliskan puisi di zaman modern yang bercerita tentang perang, kesedihan, yang mencerminkan pengalaman yang mengerikan mengenai perang dunia. Sassoon misalnya menuliskan kengerian dan kebengisan perang yang dialaminya sebagai anggota tentara dalam puisinya yang berjudul “Suicide in the Trenches” dan Owen dengan “The Next War”. Penyair yang paling ternama yang muncul pada masa modernitas ini adalah T.S Elliot (1888-1965) dengan “The Hollow Man”.
Puisi mada abad modern ini kurang digemari dan masyarakat pada masa ini lebih memilih untuk membaca novel. Hal tersebut disebabkan karena pada masa modern tersebut penulisan novel mengalami perkembangan dalam tekhnik penulisannya. Terdapat tiga jenis tekhnik penulisan pada saat itu seperti tekhnik surat, otobiografi dan mata tuhan. Ketiga tekhnik tersebut  kemudian dikembangkan lagi hingga tercipta tekhnik baru yang disebut arus kesadaran atau monolog dalam kesadaran yang menjadikan novel sangat berkembang pada masa modern sehingga memberikan berbagai macam warna baru dalam cerita maupun penulisan yang menarik dan tidak membosankan. Beberapa novelis ternama pada era modern adalah diantaranya David Herbert Lawrence (1885-1930) dengan novelnya yang berjudul “Lady Chatterley’s Lover”, George Orwell (1903-1949) dengan novelnya yang ternama hingga sekarang “Animal Farm” dan ada pula James Joyce ((1882-1941) dengan karyanya yang terkenal “Ulysses”.
Dalam masa ini, drama akhirnya mengalami perkembangan dengan lahirnya beberapa penulis drama ternama seperti James Matthew Barrie (1860-1937) dengan dramanya “Peter Pan” dan John Milton Synge (1871-1909) dengan “The Playboy of the Western World”.














Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kesusastraan Inggris dan dunia, kondisi sosial-politik, diketahui sangat mempengaruhi karya-karya sastra di dalam setiap periodenya.Keanekaragaman jenis karya masing-masing sastrawan membuat karya-karya sastra pada periode berikutnya semakin berkembang sesuai dengan kondisi zaman.
Selain itu, periodesasi juga menunjukkan karya sastra menempatkan dirinya di tengah hegemoni masyarakat, khususnya di Indonesia. Dengan mempelajari periodesasi sastra, dapat di teliti perkembangan sastra dan pengaruhnya sesuai dengan zamannya.
Di Inggris banyak ditemukan sastrawan-sastrawan hebat yang sangat mempengaruhi perkembangan karya sastra di Inggris. Salah satunya yaitu William Shakespeare yang sangat dikenal oleh dunia melalui karya-karyanya, dan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang yaitu Romeo and Juliet. Karya sastra tersebut juga difilmkan karena ceritanya yang menarik dan mempunyai nilai sastra yang tinggi.













Daftar Pustaka
Curry. 1985. Highlihts of American Literature. Washington, D.C.
McDonnell, Hellen, et, al.  1979. England in Literature. United States of America.
Miller, James. E, et, al. 1979. United States In Literature. United States of America.
Samekto. 1974. Ikhtisar: Sejarah Kesusasteraan Inggris. PT. Gramedia: Jakarta.
VanSpankeren, Kathryn. Gris Besar Kesusasteraan Amerika. Lembaga Penerangan Amerika Serikat: Jakarta.
Wiley, John and Sons. 1982. An Introdusction to Australian Literature. Melbourne.
https://knowlymarch.wordpress.com/2014/06/26/introduction-to-literature-england-united-states-of-america-australia/
http://freshliterature.blogspot.co.id/2010/10/masa-romantisme.html
http://rendiforevahwhatevah.blogspot.co.id/2011/10/periodesasi-sastra-inggris.html
http://travisbudex.blogspot.co.id/2010/11/sejarah-kesusasteraan-inggris.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar