IMPLIKATUR DALAM
TUTURAN
Sri Winarsih
F2A013004
S1 Sastra Inggris
Universitas Muhammadiyah Semarang
1.
Pendahuluan
1.1.Latar
Belakang
Pragmatik merupakan
salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam bidang kebahasaan. Pragmatik
adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan
ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Yule (1996:3) menyebutkan empat
definisi pragmatik yaitu (1)bidamg yang mengkaji makna pembicaraan, (2)bidang
yang mengkaji makna menurut konteksnya, (3)bidang yang melebihi kajian tentang
makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan/terkomunikasikan
untuk pembicara, dan (4)bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak
sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Aspek yang dikaji dalam
pragmatik salah satunya yaitu implikatur. Implikatur adalah ujaran yang
menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Konsep
implikatur kali pertama dikenalkan oleh H.P. Grice (1975) untuk memcahkan
persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa.
Menurut H.P. Grice implikatur merupakan sebuah proposisi yang diimplikasikan melalui
ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu konteks.
Dalam makalah ini
penulis membahas mengenai implikatur dalam tuturan. Penulis menganalisis
tuturan dalam suatu ceramah dalam perkuliahan yang disampaikan oleh Bapak Budi
Santosa. Penulis ingin mengetahui penggunaan implikatur dalam tuturan dari Pak
Budi Santosa.
1.2.Rumusan
Masalah
Apakah penutur
menggunakan implikatur dalam tuturan dan apa maksud yang ingin penutur
sampaikan dalam implikatur tersebut?.
1.3.Metode
Pengambilan Data
Penelitian ini penulis
menggunakan metode merekam dan mencatat data yang akan digunakan untuk bahan
penelitian.
1.4.Teori
Penulis menggunakan teori dari H.P.
Grice (1975) yang mendefinisikan implikatur sebagai sebuah proposisi yang
diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu konteks.
Implikatur pertama kali dikenalkan oleh H.P. Grice (1975) dengan tujuan untuk
memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori
semantik biasa.
Dalam
teorinya, Grice (1975:45) membedakan dua macam implikatur, yaitu conventional implicature (implikatur
konvensional) dan conversational implicature
(implikatur non konvensional atau implikatur percakapan). Implikatur
konvensional adalah implikatur yang diperoleh dari makna kata, bukan dari
pelanggaran prinsip percakapan. Adapun implikatur nonkonvensional adalah
implikatur yang diperoleh dari fungsi pragmatis yang tersirat dalam suatu
percakapan.
H.P. Grice
menyebutkan lima ciri-ciri implikatur percakapan, yaitu:
a. Dalam keadaan tertentu, implikatur percakapan dapat
dibatalkan baik dengan cara eksplisit ataupun dengan cara kontekstual (cancelled).
b. Ketidakterpisahan implikatur percakapan dengan cara
menyatakan sesuatu. Biasanya tidak ada cara lain yang lebih tepat untuk
mengatakan sesuatu itu, sehingga orang memakai tuturan bermuatan implikatur
untuk menyampaikannya (nondetachable).
c. Implikatur percakapan mempersyaratkan makna,
konvensional dari kalimat yang dipakai, tetapi isi implikatur tidak masuk dalam
makna konvensional kalimat itu (nonconvensional).
d.
Kebenaran isi impikatur tidak tergantung pada apa yang
dikatakan dapat diperhitungkan dari bagaimana tindakan mengatakan apa yang
dikatakan (calcutable).
e. Implikatur percakapan tidak dapat diberikan penjelasan
spesifik yang pasti sifatnya (indeterminate).
2.
Pembahasan
Dalam
penelitian ini penulis mengambil data dari tuturan Bapak Budi Santosa dalam
ceramah perkuliahan mahasiswa sastra inggris Unimus pada mata kuliah speaking
mengenai tour guide.
2.1.
Konteks : ceramah perkuliahan mengenai tour
guide bersama mahasiswa. Penutur sedang berbagi pengalaman dengan mahasiswa
berkaitan dengan profesi beliau sebagai tour
guide.
Penutur : “perlu
dicatat digaris bawahi ndak bayar malah dibayar.”
Berdasarkan konteks
diatas makna atau maksud dari tuturan yang diujarkan oleh penutur adalah agar
mahasiswa memperhatikan dan meningat apa yang diujaran oleh penutur. Penutur
tidak menyampaikan maksud tersebut secara langsung melainkan menggunakan
kalimat “perlu dicatat digaris bawahi.” Maksud dari penutur bukan untuk meminta
mahasiswa agar mencatat dan menggaris bawahi apa yang dikatakan penutur
melainkan agar ujaran yang dikatakan penutur bisa dipahami dan dimengerti oleh
partisipan.
2.2.
Konteks : penutur sedang mengevaluasi semua kegiatan mahasiswa dalam praktek
tour guide di tempat wisata.
Penutur : “semalam itu
kalian ngapain aja kok sampai nggak tahu materi? Kalau saya jadi dosennya tadi
saya bakalan marah.
Erdasarkan konteks
diatas sebenarnya penutur tidak benar-benar ingin bertanya kepada partisipan
mengenai apa saja yang dilakukan partisipan tadi malam. Maksud dari pertanyaan
penutur tersebut adalah sebagai sebuah sindiran bagi partisipan karena pada
saat prektek menjadi tour guide partisipan tidak menguasai materi sehingga apa
yang disampaikan tidak jelas. Penutur menggunakan implikatur untuk menyindir
partisipan secara tidak langsung agar tidak terkesan menyindir.
3.
Penutup
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan teori H.P.
Grice (1975) penulis menemukan implikatur pada data yang diambil dalam tuturan
Bapak Budi Santosa dengan cara merekam dan mencatat. Implikatur merupakan makna
tersirat dalam sebuah tuturan. Dalam tuturan yang disampaikan oleh Bapak Budi
Santosa terdapat beberapa implikatur.implikatur yang digunakan oleh penutur
dalam data diatas bertujuan untuk memerintah dan meyindir partisipan. Data
implikatur tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh H.P. Grice.
3.2.Biblografi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar